Mengenal dan Meminimalisir Kesalahan dalam Pengukuran

            Setiap pengukuran pasti mengandung kesalahan, bagaimanapun hati – hatinya pelaksanaan pengukuran tetap akan selalu ada kesalahan, karena tidak ada pengukuran yang tepat dan nilai sebenarnya tidak diketahui. Jadi pengukuran tidak ada yang benar? Iya, tidak ada nilai yang benar – benar tepat dan benar, yang ada adalah nilai yang minim kesalahan dan mendekati nilai sebenarnya. Sebagaimana filosofi pengukuran yaitu,

  1. Tidak ada pengukuran yang tepat.
  2. Setiap pengukuran mengandung kesalahan.
  3. Harga/nilai sebenarnya dari pengukuran tidak diketahui.
  4. Kesalahan tepat yang ada tidak diketahui.

Jika tidak ada pengukuran yang benar lalu bagaimana dengan data hasil pengukuran? Bagaimana data hasil pengukuran dapat digunakan jika tidak ada pengukuran yang benar? Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, yang dilakukan adalah meminimalisir kesalahan yang terjadi, umumnya dengan melakukan beberapa kali pengukuran kemudian merata- ratakan hasilnya atau dengan perhitungan tertentu untuk mengkoreksi kesalahan yang terjadi sehingga data yang diperoleh dapat mendekati nilai yang sebenarnya.

Ada beberapa jenis kesalahan dalam pengukuran, yaitu

  1. Kesalahan kasar/ blunder

Kesalahan ini terjadi karena kecerobohan  orang yang melakukan pengukuran, misalnya salah dalam menuliskan hasil ukuran jarak dan sudut. Selain itu juga bisa karena ketidak pahaman dan pertimbangan yang buruk dalam proses pengukuran. Menghilangkan kesalahan blunder dilakukan dengan mencari data yang menyimpang dari data lainnya pada satu set data pengukuran, kemudian menghilangkan data tersebut dan jika diperlukan maka dilakukan pengukuran ulang untuk data yang telah dihilangkan.

  • Kesalahan sistematis

Kesalahan ini tunduk pada kaidah matematis dan fisika sehingga kesalahan yang terjadi dapat dirumuskan. Untuk menghilangkan kesalahan sistematis dilakukan perhitungan tertentu untuk mengkoreksi data. 

  • Kesalahn acak/random

Kesalahan ini terjadi karena diluar kemampuan manusia dan selalu ada pada setiap pengukuran. Misalnya keterbatasan mata manusia dalam menginterpolasi sehingga tidak ada hasil interpolasi yang tepat dan kesalahannyapun tidak dapat dirumuskan. Kesalahan sistematik dapat dihilangkan dengan beberapa cara yaitu,

  • Melakukan perataan kesalahan (adjustment computation).
  • Pengaruh kesalahan dibuat sekecil mungkin dengan penyempurnaan alat yang digunakan.
  • Proses pengambilan data dilakukan dengan aturan tertentu.
  • Hasil data diolah dengan metode tertentu.
Baca Juga :  Konsultan Pemetaan di Kota Blitar untuk Untuk Penambangan

Sumber kesalahan yang terjadi pada pengukuran yaitu,

  1. Alat pengukuran

Terjadinya kesalahan bisa jadi karena alat ukur yang tidak standar dan perlu dilakukan kalibrasi.

  • Personil/surveyor

Keterbatasan panca indra manusia menyebakan terjadinya kesalahan sistematis, atau kecerobohan, kelalaian dan ketidakpahaman surveyor dalam pengukuran menyebabkan munculnya kesalahan blunder yang semestinya tidak terjadi.

  • Alam

Cuaca dapat mempengaruhi kinerja alat ukur, misalnya bila terlalu panas nivo pada theodolit bisa memuai dan jika terlalu lembab lensa akan berembun sehingga pengukuran terganggu.

     Dalam pengukuran dikenal istilah presisi dan akurasi. Presisi adalah kedekatan hasil ukuran yang satu dengan yang lain, selisih pengukuran yang satu dengan yang lain kecil. Akurasi adalah kdekatan nilai ukuran dengan nilai sebenarnya. Data pengukuran yang baik adalah yang presisi dan akurasi, sehingga walau tidak ada pengukuran yang benar tapi ada data yang mendekati benar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *